Minggu, 22 Juni 2014

Balapan Liar Di Jalan Alternatif Sentul


Bogor – Hampir setiap Sabtu malam hingga Minggu dinihari, sepanjang Jl. Alternatif Sentul, Kecamatan Sukaraja, jadi ajang balapan motor liar. Sejumlah pengendara was-was dan cemas saat melintasi di jalur cepat yang dijadikan adu kecepatan berbagai jenis dan mereka motor tersebut. Mereka khwatir menjadi korban tabrakan atau.sebaliknya menabrak pembalap liar.

“Duh. hampir saja mobil saya menabrak  pembalap liar yang terjatuh. Untungnya, saya cepat injak rem, kalau tidak, saya tidak tahu lagi  nyawa si pengendara motor itu,” ucap Amin, pengendara mobil saat melintas Jl. Alternatif Sentul, Minggu pagi.

Belum hilang rasa kagetnya, sekelompok anak remaja  yang semula menonton di jalur  lambat lalu mendatanginya dan mengusir. “Semula  saya mau menolong, malah diusir. Saya yakin ajang balapan liar itu ada praktek perjudian. Mereka pasti bertaruh. Saya imbau pengendara jangan melintasi jalan ini  terutam jalur cepat, setiap Sabtu malam hingga Minggu dinihari. Berbahaya!” ujar  lelaki warga Perum Bojong Depok Baru II, Cibinong ini.

Pengendara lain  mempertanyakan keberadaan anggota Polres Bogor yang membiarkan jalan ini menjadi ajang balap liar. “Kemana saja polisi itu. Seharusnya dilarang adu trek-trekan motor liar. Jangan sampai ada korban, baru merazia. Apalagi jelang Ramadhan, biasanya jalan ini ramai dijadikan adu balap motor,” kata Zafar, warga  Desa Cijuung, Kecematan Sukaraja.

Bukan hanya di sepanjang Jl, Raya Parung-Kemang juga kerap dijadikan adu balap motor liar. Warga setempat resah dengan ulah sejumlah kelompok remaja bermotor ini, “Kami terganggu dengan suara bising  knalpot motor pembalap liar itu. Kalau dibiarkan sampai Ramadhan, kami bersama warga akan menghadang,” ujar Hamid, warga Desa Parakan Jaya, Kecamatan Kemang

Kasubag  Dalops Polres Bogor,AKP Ita Puspita Lena mengakui di Jl. Alternatif  Sentul dan beberapa titik jalan lainya kerap dijadikan arena balap liar. “Kita sering  merazia  di sejumah titik balap motor liar, tapi ketika selesai dirazia dan polisi pergi, mereka  kembali adu balap motor. Akhirnya, kucing-kucingan,” katanya.

Menurutnya, pemberantasan balapan liar tidak akan efektif jika hanya berharap kepada polisi. Sebab, masyarakat diminta aktif mengontrol lingkungan. “Orang tua, juga harus mengawasi anaknya. Sikap tegas orang tua akan membuat anak takut mengikuti kegiatan negatif, termasuk balapan liar,” ujarnya seraya berjanji pihaknya akan kembali merazia arena bala[ liar tersebut.

Sedangkan  pembalap motro liar mengaku, mereka hanya menyalurkan hobi, sementara untuk ikut ajang lomba resmi seperti di Sirkutit Sentul, mereka tak punya relasi dan biaya sewanya mahal. “Saya cuma joki. Diminta menjajal motor yang sudah dimodifikasi dengan kecepatan tertentu. Lumayan dapatlah uang sekedarnya. Kalau ikut balapan resmi, tak punya uang dan sewa siskuit mahal,” kata Acuy, warga Desa Sentul, Kecamatan Babakan Madang.

0 komentar:

Posting Komentar