Selasa, 06 Mei 2014

Indonesia Masuk 10 Besar di Dunia

Jakarta - Hal inilah yang bisa dibanggakan selama era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam dua periode --2004-2009 dan 2009-2014. Rapor baik itu didapat dari World Bank (Bank Dunia). Oleh karenanya, SBY perlu memberitahukan kepada seluruh rakyat Indonesia tentang kabar baik ini.

Dia menyebut Bank Dunia telah menempatkan Indonesia pada peringkat ekonomi ke-10 di dunia. Peringkat Indonesia tersebut berdasarkan dari Gross Domestic Product (GDP) alias Produk Domestik Bruto.

Saya dapat berita dari Menteri Keuangan bahwa World Bank sudah menetapkan peringkat ekonomi sedunia berdasarkan GDP dan purchasing power imparity (tingkat daya beli). Indonesia ditetapkan sebagai ekonomi nomor 10 di dunia, ucap SBY seperti dilansir dari laman Sekretariat Kabinet di Jakarta, Minggu (4/5).

Ada sembilan negara yang berada di peringkat teratas adalah Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brasil, Prancis dan Inggris. Bahkan GDP Indonesia sudah melampaui Italia dan Korea Selatan yang selama ini merupakan negara industri maju dengan produk inovatif yang luar biasa.

Menurut SBY, ini adalah awal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Posisi Indonesia pada 2013 masih berada di peringkat ke-16 dan kini terus naik. Presiden mengajak rakyat dan bangsa Indonesia mensyukuri capaian ini, dan meminta agar masyarakat yang mempunyai pikiran Ah, Indonesia mana bisa untuk mengubah pikirannya.

Nah, supaya mantap maka anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo pun menimpali akan kehebatan prestasi yang dicapai oleh iparnya itu. Dia menyatakan masuknya Indonesia dalam 10 besar negara ekonomi terbesar menurut data Bank Dunia, the International Comparison Program 2014, sebagai prestasi yang membanggakan.

Economic share sebesar 2,3 persen, Indonesia diurutkan oleh Bank Dunia ke dalam peringkat 10 besar dunia, begitu kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Tentara Nasional Indonesia (TNI), Minggu (4/5).

Tentu prestasi itu tidak bisa dicapai satu atau dua tahun, melainkan membutuhkan waktu lama dengan kerja kolektif pemerintahan koalisi di bawah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, Pemerintah Daerah, swasta dan seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah hasil pembangunan berkualitas yang berkesinambungan selama satu dekade terakhir yang patut dibanggakan mengingat terpuruknya ekonomi Indonesia pascareformasi 1998, yang dikuti oleh global economic downturn.

Dia pun mengimbau agar pencapaian pembangunan Pemerintahan SBY bisa terus dilanjutkan. Komitmen pembangunan ini harus terus bisa dilanjutkan oleh pemerintahan baru hasil Pemilu 2014 nanti.

Menurut Bank Indonesia (BI) mencatat total utang luar negeri Indonesia per Januari 2014 mencapai 269,27 miliar dolar AS atau Rp 3.042,751 triliun, jika mengacu kurs rupiah sebesar Rp 11.300 per dolas AS. Besaran utang tersebut naik sekitar 5,21 miliar dolar AS atau 1,97 persen dari jumlah utang bulan sebelumnya 264,06 miliar dolar.

Dikutip dari situs BI, Rabu (19/3), utang luar negeri Indonesia terbesar masih berasal dari sektor swasta yang mencapai 141,35 miliar dolar AS, yang terdiri atas utang pihak perbankan sebesar 23,96 miliar dolar AS dan nonbank mencapai 117,39 miliar dolar.

Sementara itu, utang luar negeri pemerintah dan Bank Sentral tercatat membengkak sekira 4,38 miliar dolar atau sekitar 3,5 persen hingga mencapai 127,92 miliar dolar. Besaran tersebut masih didominasi utang pemerintah mencapai kurang lebih 92 persen atau sekitar 118,87 miliar dolar.

Jadi lumrah saja, pertumbuhan domestik bruto meningkat selain hasil kinerja juga karena pasokan utang yang harus ditanggung di masa depan begitu besar. Selayaknya, Indonesia bukan berada di posisi 10 melainkan di posisi nomor lima di bawah India. Ini hanya bisa diraih apabila negeri telah berhasil memanfaatkan semua utang, plus aset dalam negeri tanpa dikorupsi untuk kemajuan bangsa dan negara.