Selasa, 01 April 2014

Ketegangan Hubungan Rusia dengan Negara Barat atas Peralihan Crimea

Berlin- Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Frank-Walter Steinmeier memperingatkan perang dingin bisa kembali terjadi di Eropa jika terjadi eskalasi ketegangan hubungan Rusia dengan negara Barat atas peralihan Crimea.

"Jangan sampai kita kembali ke perang dingin, pada abad 21 ini. Hal ini tak boleh dikesampingkan," ujar Frank-Walter menjelang pertemuan para menteri luar negeri NATO yang dijadwalkan untuk membahas kemungkinan bantuan militer untuk Ukraina, seperti dimuat Press TV, Selasa (1/4/2014).

Diplomat tertinggi Jerman itu menambahkan upaya pencegahan perlu dilakukan agar hubungan tidak semakin retak di Eropa. Selain memperingatkan perang dingin, dia juga menyambut baik langkah Rusia yang menarik kembali sebagian tentaranya dari perbatasan dengan Ukraina.

Bertindak sebagai mediator dalam konflik Rusia-Ukraina, Jeraman saat ini tengah mengintensifkan upaya untuk meredakan ketegangan diplomatik antara Moskow dan Kiev yang didukung Barat.

Barat yang diwakili Amerika Serikat  tak hanya mengeluarkan sanksi ekonomi kepada Rusia, tapi juga mengeluarkan negara tersebut dari keanggotaan G8, perkumpulan negara-negara maju sedunia.

Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsya sebelumnya menegaskan, kemungkinan perang antara negaranya dengan Rusia semakin besar.

"Kemungkinan itu semakin besar. Kami tidak tahu apa yang dipikirkan oleh (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan apa yang akan menjadi keputusannya," kata Deshchytsya, seperti dikutip dari Global Post, 24 Maret.

"Itulah sebabnya situasi saat ini semakin panas dibandingkan dengan yang terjadi beberapa pekan lalu," imbuh dia.

Pernyataan tersebut dikeluarkan sehari setelah pasukan Rusia menggunakan kendaraan lapis baja dan granat untuk menembus pangkalan udara di dekat Simferopol, kota utama di semenanjung Crimea.

Perang Dingin terjadi pada kisaran tahun 1947–1991 antara  Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya.

Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar.

sumber:liputan6

0 komentar:

Posting Komentar