Senin, 10 Maret 2014

Pemilu Dijadikan Ajang Bisnis Elit Politik Tertentu

 
Nasional - Uang tetap menjadi alasan utama bisnis pengerahan massa ini. Jadi belum tentu semua peserta kampanye partai politik (parpol) itu datang berdesakan karena murni pengaruh ideologi perjuangan partai. Banyak juga di antara mereka hanya sebatas penggembira karena berstatus massa bayaran.

Parpol bagi massa bayaran ini bisa dibilang seperti tambang emas, apalagi bagi para koordinator pengerah massa 'broker'. Siapa tidak tertarik, hanya ikut teriak-teriak saja sudah dibayar, dapat makan dan minum.

"Kalau temen itu sih prinsipnya, 'ambil uangnya jangan pilih partainya'. Kami ingin memberi pelajaran saja kepada parpol, yang main-main sama duit, kenapa tidak dimanfaatkan sekalian," ujar Doni (bukan nama sebenarnya), koordinator massa, warga Kampung Beting, Jakarta Utara.

Pendapat Doni itu segendang sepenarian dengan Saiful (bukan nama sebenarnya), koordinator massa di Kota Tangerang, Banten. Menurut dia, bayaran jasa kampanye ini lumayan buat tambahan pemasukan sehari-hari, apalagi bagi anak-anak muda pengangguran di kampungnya.

Saiful memang biasa mengerahkan anak-anak muda pengangguran, kuli bangunan, dan pengamen di kampungnya. Pada Pemilu 2009 lalu, bayaran buat ikut kampanye per orang sebesar Rp 50 ribu. "Kalau sekarang ya ga segitu kali, minimal Rp 70 ribuan per orang lah,", Jumat (7/3).

Bagi Saiful, musim pemilu ini kesempatan besar memulung rupiah. Dia membuka pesanan dari berbagai partai politik, seperti yang dia lakukan pada Pemilu 2009 lalu. Waktu itu dia sekali mengerahkan massa bisa mengantongi antara satu sampai dua jutaan, tergantung negosiasi.

Padahal waktu itu, enam sampai tujuh kali dia mengerahkan ratusan massa dalam dua bulan. "Sekarang sudah ada yang kontak-kontak, tinggal ketemu saja. Ada kali dua tiga orang dari partai yang ngajak," ujarnya.

Untuk proses order, Saiful tidak terang-terangan. Biasanya ada saja orang telepon. Order bukan langsung dari pejabat elite partai. Biasanya pesanan justru datang dari teman, kader dan pengurus parpol tingkat bawah, bahkan orang lain. "Saya biasanya dihubungi, ketemu, negosiasi terus deal."

0 komentar:

Posting Komentar