Jumat, 22 November 2013

Kemampuan TNI Hindari Penyadapan



Denpasar - Pemberitaan yang saat ini sedang hangat membahas mengenai penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia dengan mudah aksi penyadapan yang dilakukan Australia terbongkar.

Meski sudah secara gamblang diketahui publik, namun Perdana Menteri Australia Tony Abbot enggan meminta maaf. Tak ingin terulang, Panglima TNI Jenderal Moeldoko punya kiat tersendiri menghindari aksi penyadapan negara lain.

“Dalam konteks intelijen dalam domain saya, kita sedang menyiapkan incription. Hanya dengan incription itulah kebocoran bisa diatasi,” kata Moeldoko saat membuka Musyarawah Nasional Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa, di Pecatu, Bali, Kamis 21 September 2013.

Menurut dia, jika alat komunikasi diinkripsi, maka hal itu akan menghindari dari kebocoran. “Alat komunikasi kita harus diinkripsi agar tidak bocor,” katanya. Kedua, sambung Moeldoko, adalah memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kemampuan, mental dan moralnya kita perkuat,” jelas Panglima. Apalagi nanti pada 5 Oktober 2014, alutsista Indonesia akan menjadi sangat canggih. “Nanti pada 5 oktober 2014 bisa dilihat perkembangan alutsista kita,” sebut Moeldoko.

Menurut dia, dalam konteks hubungan internasional, ada hal yang sensitif dari aksi penyadapan itu yang tidak tepat dilakukan. “Ada hal-hal sensitif menurut pandangan normal hubungan internasional itu tidak pas,” ujarnya.

Ia mengatakan, apakah pantas ketika Presiden SBY berkomunikasi secara pribadi dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono juga ikut disadap. “Apa hubungannya presiden berhubungan dengan ibu terus disadap. Itu hal-hal sensitif dalam konteks hubungan internasional,” tegas Moeldoko.

Kendati begitu, ia melanjutkan, aksi sadap menyadap dalam hubungan militer dapat saja dikatakan wajar. Katanya, wajar apabila aksi penyadapan itu dilakukan tanpa diketahui oleh siapapun. “Tidak wajar kalau ketahuan,” ucapnya sembari tertawa.