Rabu, 10 Desember 2014

Memaksa Anak Belajar, Timbul kemalasan Atau Kebosanan

Jalur – Kesimpulan ini bukanlah hasil sebuah penelitian ilmiah yang dilandasi oleh segudang teori tentang pendidikan. Melainkan hanyalah sebuah kesimpulan dari proses kecil yang dilakukan admin matrapendidikan.com terhadap pendidikan anak. Baik sebagai orang tua di rumah maupun dalam kapasitas seorang guru di sekolah menengah pertama.

Tidak memaksa anak bukan berarti membiarkan anak untuk tidak belajar. Hanya saja, guru atau orang tua di rumah perlu menciptakan situasi yang membuat anak merdeka dari beban kemalasan atau kebosanan belajar yang membelenggu mereka.

Ketika siswa  mengantuk, atau bahkan tertidur saat belajar di kelas. Guru tidak melakukan tindakan yang memalukan siswa tersebut. Misalnya, mencemooh atau mentertawakan siswa tersebut bersama teman-temannya. Justru sebaliknya, membiarkan situasi tersebut untuk beberapa waktu. Kemudian mengajukan saran kepada siswa tersebut  untuk meninggalkan kelas barang beberapa menit, mencuci muka atau aktivitas apa saja yang bisa meredakan rasa kantuknya.

Di samping itu, guru perlu memberi sedikit waktu kepada siswa untuk melakukan jeda belajar. Di tengah pelajaran atau di akhir pembelajaran. Bebaskan mereka dari aktivitas belajar beberapa menit sebelum dilanjutkan kemudian.

Bagaimana di rumah? Orang tua perlu memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil sikap dalam situasi yang membosankan mereka. Ketika anak lagi malas belajar, enggan mengerjakan pekerjaan rumah (PR),  orang tua sebaiknya tidak memaksa, menceramahi atau memarahi anak.

Kalau perlu ajak mereka untuk menghilangkan kemalasan dan kebosannya. Misalnya, menonton televisi, bermain catur, bermain game atau bermain apa saja yang menyenangkannya.
sumber:matrapendidikan.com

0 komentar:

Posting Komentar