Jakarta - Anda punya anak atau kerabat pelajar SMP? Sebaiknya waspada!
Akhir pekan Sabtu (29/3/2014) lalu, delapan siswa sekolah yang berlamat di Jl Bahagia No 1 Kelurahan Alliri Tengngae, Turikale, kota Maros (sekitar 30 km sebelah utara Makassar), kedapatan menkonsumsi permen yang diduga bercampur dengan amphetamine, zat dan bahan dasar narkotika.
Permen berbentuk pipih itu diduga didistribusikan oknum siswa, rekan mereka. Hari Selasa (1/4) kemarin, guru urusan kesiswaan SMP 1 Turikale, memintai keterangan delapan siswa dan beberapa lainnya. "Ini hanya upaya pembina dan mengawasi perilaku siswa," kata Sukma.
Sejumlah otoritas pendidikan di Maros, balai obat dan makanan, serta aparat kepolisian segera menurunkan tim untuk mengklarifikasi kebenaran ini. '
"Apakah betul ada zat amphetaminenya itu akan kita buktikan setelah besok (hari ini)," kata Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sulsel, Muhammad Guntur, kemarin.
BPOM juga sudah mengidentifikasi permen itu adalah jajanan yang masuk ke SD, SMP. (lihat Langkah BPOM)
Kepala Dinas Penendidikan Maros Azhar Paduppa dan Kepala Satuan Narkoba Polres Maros, mengaku kaget dengan inrformasi ini. Mereka juga akan turunkan tim.
Kepala Badan Penanggulangan Narkotika Provinis (BNNP) Sulsel, Kombes Pol Richard Nainggolan juga serius mengamati kasus ini.
"Itu bisa jadi. Sebab pengedar dan produsen narkoba sekarang, mencari cara agar konsumenya banyak, dan kecanduan," katanya. (lihat Reaksi BNNP Sulsel)
Tahun 2012 lalu, sejumlah pelajart dan siswa juga beredar permen Magic Pop, yang terindikasi mengandung zat amphetamine. Kembang gula ini dikjual bebas di toko dan supermarket.
Guru bidang Kesiswaan Sukma Spd mengatakan kejadian itu berawal saat seorang guru mendapat informasi jika siswanya ada yang memasarkan obat-obatan. Namun ia menampik itu narkoba, setelah ditelusuri tidak ditemukan. Hingga akhirnya ia mendapat nama oknum yang mengedarkan itu.
Menurut pengakuan sejumlah siswa, kata dia, obat itu diperoleh dari seorang teman sekolahnya. Siswa yang menjadi korban dikumpulkan di ruang Badan Konseling (BK). Para siswa mengaku menjadi korban dari seorang oknum temannya, Rzk.
Seorang korban, Frdl, mengaku obat itu dibelinya dari oknum teman sekelasnya di kelas VIII 5.
Bentuk obat itu seperti permen yang menarik untuk dikonsumsi. Dari tangannya, ia kemudian memberikan ke temannya.
Seorang siswi kelas VIII 6 yang juga menjadi korban, Ark, mengaku memperoleh obat-obatan itu dari temannya di kelas VIII 5.
"Katanya itu gula-gula makanya saya tidak curiga. Saya beli lima ribu jadi dapat lima biji," jelasnya.
Ia mengaku baru sekali mengonsumsi obat yang dikemas dalam bentuk permen itu. Orangtua Ark, Farida, meminta agar pihak sekolah serius menangani hal ini.
Ia meminta agar orangtua siswa yang mengedarkan itu juga ditindak serius. Diakui Farida, akibat mengonsumsi obat-obatan itu anaknya pernah sakit. "Bahkan saya pernah mendapati dia muntah-muntah. Mungkin itu efek dari dia makan itu permen," tegasnya saat ditemui di sekolah itu.
Hal senada juga diungkapkan siswa kelas VIII 5, Fdl. Dirinya hanya menjadi korban dari oknum itu. Di hadapan wartawan, Fadel mengaku obat itu biasanya langsung dikonsumsi dengan campuran minuman ringan.
"Permen itu rasanya hambar. Biasanya diminum dengan minuman ringan seperti teh gelas," katanya. Ia mengaku khasiat obat itu membuat orang mengantuk. Ia juga sempat muntah dan mengantuk.
Menanggapi hal ini, pihak sekolah seakan bungkam. Saat dikonfirmasi, sejumlah guru tak banyak bicara dan menjawab hal yang sama "tidak tahu".
Bahkan seorang guru urusan kurikulum , Khalik, membanting pintu saat akan dikonfirmasi mengenai hal ini.
SMP I Turikale berdiri 1970-an. Ini salah sartu sekolah menengah tertua di Maros. Siswanya sekitar 1.100, dengan 60-an guru dan 17-an pegawai.
Kepala SMPN 1 Turikale, Abdullah, mengaku tidak tahu persis duduk perkara yang melibatkan anak didiknya. "Saya tidak tahu itu, silahkan konfirmasi ke urusan kesiswaan karena mereka yang tangani," jelasnya. Meski demikian, kata dia, pihaknya telah mengundang pihak orangtua siswa sebagai proses pembinaan.
Kepala Dinas Pendidikan Maros, Ashar Padduppa, mengaku, baru mengetahui hal yang bisa membahayakan generasi penerus bangsa ini. Namun jika dugaan tersebut benar, ia meminta pihak sekolah menelusuri hal itu dan diberi tindakan tegas.
Secara terpisah, Kasat Narkoba Polres Maros AKP Abidin, belum mengetahui adanya permen yang terindikasi mengandung narkoba tersebut.
"Belum ada laporan yang masuk ke kami, tapi anggota kami akan segera melakukan penyelidikan dan berupaya medapatkan barang tersebut," jelasnya dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Pihaknya juga berupaya agar dapat mengetahui jenis dan kandungannya. Mengingat selama ini kasus narkoba di Maros sangat jarang terjadi.