Rabu, 24 Juni 2015

ISIS: Hafal Alquran Bonus Wanita Penghibur

Jalur - Kekejian kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) kian menjadi-jadi. ISIS bahkan menjadikan budak wanita sebagai hadiah dalam lomba menghafal ayat-ayat suci Alquran di Suriah.

Lomba mengaji yang memberikan wanita sebagai hadiah, atau disebut 'sibya' ini diselenggarakan oleh Departemen Dakwah dan Masjid di Provinsi Al-Baraka, Suriah, dalam rangka Ramadan. Kontes ini diumumkan pada 19 Juni lalu via sejumlah akun Twitter milik ISIS.

Demikian disampaikan Institut Penelitian Media Timur Tengah (MEMRI) dan Proyek Clarion, dua institut penelitian independen yang melacak akun-akun media sosial terkait kelompok terorisme, seperti dilansir New York Post, Rabu (24/6/2015).

Pengumuman di Twitter dimulai dengan memberi selamat kepada anggota ISIS dan departemen-departemen di wilayah yang dikuasai ISIS atas datangnya bulan suci Ramadan. "Mereka kemudian mengumumkan kompetisi menghafal Alquran, dengan menyebut bahwa para peserta akan diberi hadiah yang layak," terang MEMRI.

Pernyataan ISIS di Twitter juga merinci daftar hadiah untuk 10 pemenang lomba mengaji tersebut, termasuk uang tunai senilai kurang lebih US$ 500. Untuk tiga pemenang utama akan diberi hadiah budak wanita. "Juara pertama (akan diberi) sibya (budak wanita yang ditangkap dalam perang)," demikian pernyataan MEMRI menerjemahkan pernyataan ISIS.

Dalam pengumuman itu, para peserta lomba diminta datang ke salah satu dari empat masjid: "Masjid Abu Bakr el-Sadiq, Masjid Osama Bin Laden, Masjid Abu Musab el-Zarqawi atau Masjid el-Taqwa."

Analis keamanan nasional Proyek Clarion yang berbasis di New York, Ryan Mauro menyebut ada dua tema utama dalam lomba ini. Pertama, mereka yang paling mengikuti Islam sebenarnya dan kedua, mereka yang mengakui ISIS sebagai negara yang sah. Kontes ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa anggota ISIS juga mempelajari Alquran dan bahwa ISIS tidak terpengaruh oleh kecaman dunia internasional.

"Dengan memamerkan perbudakan, ISIS membual bahwa mereka mempraktikkan Islam dalam interpretasi paling harfiah, tidak mempedulikan pendapat publik dan menolak interpretasi modern. Mereka juga menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem pendidikan Islam dan menjadi khalifah yang nyata," jelas Mauro.
sumber:detik

0 komentar:

Posting Komentar