Jakarta - Untuk diketahui, setidaknya ada dua kasus kekerasan yang menghebohkan dunia pendidikan kita. Pertama kasus kekerasan seksual terhadap dua murid TK Jakarta international school (JIS). Dua orang siswa TK di sekolah ini dikabarkan mendapat tindakan kekerasan seksual oleh pekerja kebersihan sekolah ini.
Kasus ini bertambah pelik karena ada cerita lain yang mengiringi penyidikan oleh polisi. Pertama adanya mantan guru di sekolah ini, William James Vahey yang bunuh diri saat dilidik FBI, karena terlibat puluhan kasus kekerasan seksual di berbagai tempat. Bahkan, mantan guru JIS yang bunuh diri ini diduga kuat juga pernah melakukan tindakan kekerasan seksual terhadap salah satu tersangka atau pelaku tindak kekerasan di JIS, Azwar sewaktu kecil.
Kedua, Azwar yang juga korban mantan guru ini ternyata juga tewas. Sejauh ini polisi menduga tewasnya Azwar karena bunuh diri akibat menenggak cairan pembersih lantai di kamar mandi tahanan.
Kasus besar kedua adalah meninggalnya Dimas Dikita Handoko, seorang mahasiswa semester satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Jakarta Utara. Dimas tewas karena dianiaya para seniornya. Motif penganiayaan diduga karena Dimas dianggap tidak respek terhadap para seniornya.
Terkait kasus yang menimpa siswa TK JIS, Kemendikbud bergerak cepat. Setelah melakukan serangkaian penelitian dan rapat yang dipimpin Mendikbud M Nuh beberapa hari lalu, akhirnya TK ini ditutup. Penutupan itu diberlakukan sejak 22 April 2014. Meski ditutup, JIS diwajibkan menyelesaikan tahun ajaran 2013/2014.
Kepala Sekolah JIS, Timothy Carr tidak terima TK-nya ditutup. Ia mengklaim telah mengantongi pendirian TK JIS sejak dua tahun lalu. Menurutnya, kasus kekerasan seksual yang menimpa sekolahnya tidak terkait dengan perizinan.
Kasus kekerasan seksual di sekolah ini sungguh memalukan. Betapa tidak, di sekolah yang berstandar internasional itu, justru keamanannya tidak terjamin. Padahal, kepsek ini mengklaim sekolah mereka bebas dari ancaman keamanan dari dunia luar. Orang tua pun tak boleh masuk pintu gerbang. Tapi justru para siswa sekolah ini mendapat serangan kekerasan dari dalam.
Miris. Itulah kata yang muncul mengiringi dua kasus kekerasan di dunia pendidikan kita bulan ini. Betapa tidak, dunia pendidikan yang semestinya mendidik siswa untuk menjadi manusia seutuhnya itu, justru menjadi petaka bagi anak didiknya.
Bahkan, kasus kekerasan yang terjadi bukan hanya kasus kecil semacam tawuran, tapi kasus berat, di mana yang satu menyebabkan trauma mendalam bagi korban di JIS, dan yang lain berupa hilangnya nyawa mahasiswa STIP.
Dua aksi kekerasan itu, sungguh bukan merupakan budaya yang semestinya terjadi di sekolahan. Itu merupakan budaya bar-bar yang tidak layak terjadi di lingkungan dunia pendidikan. Sangat mungkin, aksi kekerasan itu masih terjadi di beberapa sekolah lain.
Jika merunut dua kejadian itu, jelas bahwa dunia pendidikan kita telah salah arah. Pendidikan kita saat ini hanya mementingkan angka-angka kelulusan dan nilai. Begitu lulus, dapat ijazah, lalu dipakai untuk mencari pekerjaan. Dunia pendidikan kita telah melupakan ruh pendidikan yaitu bidang moral dan kemanusiaan.
Penutupan TK JIS mungkin pilihan tepat. Bahkan, mungkin bisa dipertimbangkan untuk menutup sekolah di jenjang berikutnya di JIS. Berdasarkan keterangan sejumlah kalangan seperti dikutip sejumlah media, budaya yang dikembangkan di dalam pagar JIS bisa dikatakan tidak sesuai dengan budaya ketimuran.
Kabarnya, siswa siswi di sekolah ini sudah terbiasa melakukan pergaulan bebas. Siswinya hanya mengenakan pakaian super mini ke sekolah. Mereka juga terbiasa melakukan aksi ciuman, bahkan frenchkiss (ciuman bibir) di lingkungan sekolah.
Tak hanya penutupan JIS, STIP Jakarta juga layak ditutup. Sebab, kini bukan zamannya lagi sekolah semimiliter yang mengagungkan arogansi mahasiswa senior terhadap yunior. Kasus yang menimpa Dimas dan enam rekannya, dan mungkin juga menimpa puluhan mahasiswa lain, adalah gambaran nyata bahwa ada manusia bar-bar dibiarkan hidup bebas di lingkungan sekolah. Keberadaan mereka sangat mengerikan, bisa mengancam nyawa mahasiswa lain. Dan tentu saja sangat melecehkan dunia pendidikan.
Pemerintah harus mengevaluasi dan mengawasi lebih ketat seluruh sekolah yang ada di negeri ini, terutama sekolah-sekolah khusus seperti JIS dan STIP ini. Selebihnya, para orangtua harus selalu waspada, bahwa ada manusia barbar bergentayangan di sekolah anak-anak kita.