International - Majalah ekonomi terkemuka dunia kembali merilis daftar orang terkaya sejagad 2014. Sejatinya, tidak ada perubahan yang signifikan urutan nama orang-orang sugih dunia. Nama seperti Bill Gates, Carlos Slim Helu, Warren Buffet, masih tetap berada dalam big five. Hanya saja, Gates yang selama empat tahun terakhir berada di urutan 2. Tahun ini melalui jaringan usahanya Microsoft memuncaki tangga orang terkaya, menyalib taipan asal Meksiko Carlos Slim yang sebelumnya menjadi nomor satu.
Tumpukan kekayaan Gates mencapai 76 miliar dolar AS, melebihi pundi-pundi kekayaan yang dimiliki raja telekomunikasi Carlos Slim sebesar 72 miliar dolar AS, dan Buffet melalui Berkshire Hathaway mengoleksi kekayaan 58 miliar dolar AS.
Sebanyak 268 miliarder baru masuk dalam daftar baru orang kaya, 42 di antaranya perempuan. Total kekayaan keseluruhan dari 1.645 miliarder yang dirilis Forbes nilainya mencapai 6,4 triliun dolar AS, naik dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 5,4 triliun dolar AS.
Sejumlah nama asal Indonesia juga menghiasi daftar para pesohor di atas, di antaranya bos rokok Djarum dari keluarga Hartono. Tercatat R Budi Hartono memiliki kekayaan 7,6 miliar dolar atau Rp 88 triliun dan Michael Hartono sebesar 7,3 miliar dolar AS setara dengan Rp 84,6 triliun. Jika digabung kekayaan dua bersaudara ini mencapai 14,9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 172,6 triliun. Untuk ukuran nasional, keluarga Hartono melalui induk usaha terbesarnya PT Bank Central Asia Tbk, menempati urutan pertama orang terkaya di Indonesia. Chairul Tanjung melalui bendera CT Corporation menempati urutan ketiga dengan total kekayaan kekayaan 4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 50,3 triliun.
Publik mengetahui pada 2013 perekonomian Amerika Serikat mengalami guncangan cukup hebat. Angka pertumbuhan ekonomi yang minus, pengangguran yang tinggi serta utang sektor swasta yang menumpuk. Namun lonjakan bisnis berbasis teknologi dan pasar saham yang positif, menempatkan negara adidaya itu sebagai lumbung orang terkaya di dunia. Seperti dirilis Forbes, Amerika Serikat memiliki hampir 500 miliarder, disusul Cina sebanyak 152 miliarder dan Rusia 111 miliarder. Sementara Kita hanya menempatkan 19 orang kaya dalam daftar Forbes.
Jujur harus kita katakan kekayaan para juragan-juragan dunia itu tak bisa dilepaskan dari perekonomian dunia yang masih tetap berinduk pada sistem kapitalis. Entah dia juragan yang berpaham liberal seperti Amerika Serikat atau sosialis dan komunis yang dianut Cina dan Rusia, namun sistem kapitalisme masih merupakan sisi paling layak dalam hal mengeruk kekayaan pribadi sebesar-besarnya. Contohnya, Cina terbilang berhasil mengawinkan prinsip-prinsip kesetaraan dengan sistem kapitalis yang individulis.
Meski begitu, tumpukan kekayaan melimpah secara personal tidak bisa kemudian menjadi tolak ukur dari sebuah kemajuan suatu negara. Meski harus diakui, sedikit banyak itu cukup mempengaruhi dinamisasi perekonomian suatu negara. Cina yang dua dekade lalu masih primitif menerapkan sistem perekonomian terpimpin, melalui reformasi progresif ala Deng Xiaoping mendadak menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia saat ini.
Benarkah kapitalisme masih menjadi yang terbaik? Riil teori, bisa dikatakan demikian. Namun sangat naif kalau dikatakan sistem ekonomi kapitalis menjadi rujukan penting banyak negara dan juga individu-individu yang terlibat di dalamnya. Dalam ekonomi kekinian, tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility/CSR) menjadi syarat penting menyelaraskan kegiatan usaha dengan lingkungan. Artinya, teori kapitalis yang semata-mata hanya berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya, tanpa memedulikan faktor-faktor lain di luarnya, sudah tidak lagi relevan.
Dalam bahasa Bill Gates, tanggung jawab sosial (CSR) adalah sebuah kemutlakkan yang lahir dari kapitalisme baru atau kapitalisme kreatif. Dalam pengertian sederhana, kapitalisme kreatif tidak lagi hadir dalam bentuk yang arogan, tapi justru mengedepankan perhatian yang lebih perusahaan terhadap kelompok-kelompok miskin yang selama ini tersingkir akibat gerak kapitalisme.
Ide brilian Gates pada 2008 silam itu mendapat apresiasi banyak kalangan. Di sini Gate mengingatkan kepada orang-orang kaya jangan menjadi lupa daratan dengan laba yang diraupnya, tapi manfaatkan dari sekian persen keuntungan untuk meningkatkan kualitas masyarakat miskin, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. Dengan begitu wajah kapitalisme yang cuek menjadi lebih manusiawi.