Sabtu, 30 Maret 2013

Gunakan Penegak Hukum Untuk Saling Serang



JAKARTA - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menilai, maraknya aksi kekerasan di tanah air merupakan bentuk hukum rimba dari masyarakat. Menurutnya, hal itu terjadi karena rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelaksana hukum.

"Sehingga yang terjadi adalah hukum rimba. Di mana-mana terjadi saling serang. Itu yang terjadi," ujar JK, hari ini.

Menurutnya, rangkaian sejumlah aksi kekerasan yang terjadi bukan berasal dari proses singkat. Melainkan sebagai proses yang panjang. "Ini bukan tiba-tiba. Tetapi ada proses panjang yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pelaksana hukum, rendah," tambahnya.

Ia menambahkan, akumulasi ini juga terkait dengan lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Jadi, bukan karena faktor semakin lemahnya nilai agama di masyarakat. "Tentu saja sumbernya banyak," katanya.

Meski pun begitu, JK tak banyak berkomentar terkait kasus penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Ia hanya meminta agar seluruh pihak menunggu hasil evaluasi pemerintah. Karena, mengambil keputusan tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi malah membuat situasi menjadi sulit.

"Kita tunggu saja hasilnya. Kita tidak bisa berandai-andai tanpa mengetahui itu," terang Ketua Umum PMI tersebut. Yang terpenting, siapa pun pelakunya, harus ditindak tegas.

Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai penembakan empat orang tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, telah meruntuhkan wibawa negara. "Ini sungguh meyakinkan kita bahwa wibawa negara dan pemerintah itu sudah runtuh," kata Din Syamsuddin kemarin.

Dia mengatakan presiden tidak bisa hanya memberikan pernyataan-pernyataan.  "Tidak boleh oleh presiden hanya dijawab negara tidak boleh kalah, yang selalu diulang-ulang, karena kalau itu diulang-ulang sesungguhnya negara sudah kalah. Masalah mendasar pada era reformasi sekarang ini law inforcement yang lemah."

Din menilai jika peristiwa serupa terus-menerus berlanjut maka Indonesia sudah masuk kepada gejala nyata negara gagal. Dia menyebut kasus Lapas Cebongan itu bentuk terorisme yang langsung ditujukan kepada negara karena lapas adalah salah satu lambang negara.

Dia ingin polisi menurunkan Densus 88. "Densus jangan hanya berani pada masyarakat, apalagi masyarakat Islam. Mengapa kalau terjadi perampokan yang dituduh dilakukan teroris, tahu-tahu dua hari kemudian ditangkap, sedangkan peristiwa ini (Lapas Cebongan) ini sudah berhari-hari," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar