This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 28 Mei 2014

Cerita “Somat,,,!!!’’. KETIKA PESAN AYAH MENGUATKAN HATI


*Keras terdengar bunyi suara orang memanggil. Nada suaranya tinggi sekali. Somat tahu betul suara keras orang itu ditujukan untuk memanggil dirinya. Karena hanya dirinyalah yang bernama Somat diantara sepuluh pria yang disuruh berbaris oleh orang itu.

Didepan sepuluh pria yang berbaris itu, ada pria lain yang jumlahnya hanya satu orang.

Dan pria lain itu tampak beda penampilan dengan sepuluh orang yang berbaris ini. Di daun telinga, alis dan hidung serta bibir pria yang lain itu tampak emas bulat berbentuk anting mengumpul dicela-celanya. 

Kalau kita sedang berada diruangan itu bersama Somat dan gerombolannya, sudah dapat dipastikan kita dapat merasakan aroma tidak sedap seperti aroma bau amis darah manusia. 

Dan memang benar kalau diperhatikan disetiap lantainya terdapat darah yang sudah kering dan ada juga darah yang masih baru. Ruangan itu penuh dengan misteri. 

Diruangan sepuluh kali delapan meter itu, dari dulu digunakan oleh gerombolan mereka untuk berkumpul. Mereka berkumpul biasanya malam jam dua belas sampai menjelang pagi. 

Diruangan itu juga sering digunakan untuk merancang sebuah rencana. Biasanya rencana untuk membunuh orang atau merancang kejahatan lainnya sesuai order dari orang yang ingin menyewa jasa mereka. 

Kebanyakan yang menyewa jasa mereka adalah pengusaha-pengusaha nakal atau pejabat-pejabat bermasalah. Keberanian gerombolan mereka sangat luar biasa dan terkenal dengan kesadisannya. 

Seperti sekarang ini mereka semua berkumpul diruangan itu untuk menyelesaikan sebuah masalah. Gerombolan mereka juga terkesan licik kalau sedang menjalankan operasinya. 

Biarpun mereka semuanya hebat mereka juga selalu waspada. Maka dari itu di sudut-sudut ruangan itu ada berbagai benda tajam. Ada golok, parang, pisau lipat, clurit dan masih banyak lagi benda tajam yang diletakkan begitu saja yang tidak bisa disebutkan karena jumlahnya terlalu banyak.

Somat tidak ingin terlihat takut oleh pria yang memangilnya itu. ‘ Bagaimanapun kau adalah seorang pria. Jadi pria itu jangan cengeng. Hadapi apapun masalahnya’. Tanpa disadari, Somat teringat masa kecilnya. 

Masa kecil dimana Somat ditempa sangat keras oleh ayahnya yang saat itu masih jadi tentara aktif berpangkat letnan kolonel. Ayah Somat sering mengatakan kepada Somat, betapa hebatnya lahir didunia ini berjenis kelamin pria. 

Seseorang yang berjenis kelamin pria adalah seseorang yang dapat menggenggam dunia dengan hanya sekali tarikan nafas. Entahlah, sampai detik ini Somat tidak tahu betul apa maksud Ayahnya berkata seperti itu. 

Somat sudah lama tidak pernah bertemu dengan Ayahnya. Ayah Somat terkenal sangat jujur dan teguh pendiriannya. 

Selain dikesatuannya Ayah Somat juga terpilih dan bergabung dengan sebuah institusi penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Setelah mendengar suara keras itu, dengan rasa takut yang teramat sangat, Somat memberanikan diri untuk melangkah kedepan melebihi tempat dia berbaris tadi. Somat mencoba mengambil nafas panjang tetapi tidak bisa. Somat serba salah. Somat mencoba kembali mengambil nafas panjang. 

Mungkin dalam pikiran Somat, dengan mengambil nafas panjang akan membuat dirinya merasa tenang,  minimal mengurangi rasa takutnya. Tapi bukan tenang yang didapat malah tambah kacau isi pikirannya, dan nafasnya malah tambah tidak beraturan. Terasa cepat sekali. Seperti deru kereta malam ekonomi Jakarta - Jogya.

Kalau boleh protes, suara pangilan itu seharusnya tidak harus keras, pelanpun Somat pasti akan mendengarnya. Tapi somat tidak berani protes karena kalau protes nyawa taruhannya. Dan Somat pun sudah dapat menduga dan apal betul dengan kelakuan pria yang ada didepan Somat ini. 

Kalau pria ini sedang marah apapun bisa dilakukan. Dan lagi, pria yang berada didepan Somat ini bukan pria sembarangan. Ilmu hitam serta tenaga dalamnya sangat tinggi sekali. Yang Somat tahu, ilmu pria ini didapat setelah pria ini dapat memakan seratus bola mata manusia. Dan yang lebih mengerikan, semua bola mata manusia itu dimakan disaat jasad manusianya masih dalam keadaan hidup, bahkan disaat-saat tertentu, pria ini juga dapat berubah dirinya menjadi binatang apa saja. 

Kalau dia mau, itu pun sesuai dengan keinginan dan kebutuhnnya selagi melakukan operasinya. 

Terkadang dia berubah menjadi binatang hanya untuk senang-senang dan menguji ilmunya. Somat pernah melihat pria ini berubah menjadi kalelawar, srigala, ikan, harimau dan monyet. Dan satu lagi yang membuat pria ini sangat ditakutkan oleh gerombolannya dan preman-preman dijakarta bahwa pria ini juga punya ilmu mengilang. 

"Maka jangan heran bahwa pria ini sudah lebih dari tiga puluh dua tahun berkuasa di rimba hitam Jakarta tidak pernah sekalipun tersentuh oleh penegak hukum".

Somat tidak ingin urusannya menjadi lebih runyam. Somat tidak ingin melawan pria ini. Bukan tidak ingin tapi tidak berani. Karena Somat tahu betul, kalau pria ini mau, besok dapat dipastikan Somat tidak dapat lagi melihat dunia . Bahkah tubuhnya tidak akan bisa terkubur dan merasakan tanah. 

Somat tidak dapat membayangkan kalau tubuhnya yang mati nanti dan sudah berbentuk mayat, akan disantap oleh pria yang tadi memanggil namanya dengan nada keras itu. 

Bahkan Somat juga membayangkan kalau tubuh Somat nanti juga bisa dimakan oleh pria itu dalam keadaan hidup-hidup. Ngeri memang kalau membayangkan kejadiannya seperti itu. Makanya Somat tidak berani protes. Tapi Somat masih merasa janggal dengan Suara bentakan itu. Kalau suara itu dikeluarkan dengan nada pelan, Somat pasti dapat mendengarnya. Karena persis didepan Somat pria itu berdiri.

Paling-paling jaraknya tidak lebih dari satu meter dari Somat ke ke pria itu. Dan pria di depan Somat itu adalah orang yang mengeluarkan suara keras tadi. 

Pria yang mengeluarkan suara keras itu perawakannya lebih tinggi dari Somat. Berbadan kekar dipenuhi bulu. Dibadannya yang kekar itu juga dipenuhi tato yang ditata penuh dengan komposisi yang unik. Bukan hanya badan yang dipenuhi tato tapi juga dileher dan ditangannya. Kalau diperhatikan benar-benar mungkin seluruh tubuhnya dari bawah sampai atas penuh dengan tato. Pria seram yang berdiri di depan somat itu hanya menggunakan celana jeans dan dadanya dibiarkan terbuka.

“ Lu ya, Somat!!!,,,.. Mulai macem-macem lu sama gw. Mulai berani lu langgar perintah gw. Somat!!! ‘, ..Dari kapan lu mulai berani ngelanggar perintah gw? HAH!!!""…Suara pria itu kembali terdengar. Kali ini suaranya tidak terdengar keras seperti suara yang dikeluarkan tadi, malah terdengar pelan, tapi bernada sinis, sangat sinis. Suaranya serak mencekam. 

Bukannya malah tenang akan tetapi Somat semakin ketakutan. Kelihatan sekali pria itu medamprat Somat penuh dengan amarah. Mata Somat mulai berair. Dan tubuh Somat juga mulai gemetar. Gigi-gigi Somat tidak bisa berdiam normal. 

Sesekali kedua giginya terlihat rapat, lalu terbuka dan rapat lagi begitu seterusnya. Terdengar suara gigi-ketemu gigi. Pria yang didepan Somat itu tampaknya hampir tidak bisa mengendalikan diri. Somat Pasrah. Somat hanya bisa menatap apa yang ada persis didepan bola matanya. 

Segumpal urat yang hampir membungbung keluar dari leher, dan urat itu sangat jelas berwarna merah. Merahnya seperti merah api, bahkan ada yang berwarna merah gosong seperti urat mati. Wajah pria itu bengis. Seperti kebanyakan wajah preman-preman Jakarta tahun enam-puluhan. 

Somat terlihat tidak tenang dan sangat gelisah sekali. Somat kembali menundukan kepalanya. Jantung Somat hampir-hampir tidak berdetak. Kalau saja Somat tidak teringat kata-kata ayahnya, mungkin Somat sudah pingsan dari tadi . Somat sudah tidak dapat lagi berpikir jernih. Somat mencoba memaksa pikirannya untuk mencari jalan keluar agar orang didepannya tidak lagi membentak dirinya. 

Somat tidak dapat berbuat apa-apa. Somat diam seribu bahasa. Somat tidak tahu lagi apa yang meski dilakukan untuk meredakan amarah pria ini. Baru kali ini Somat merasakan ketakutan yang teramat sangat, karena selama hidupnya melalang melintang dirimba gelap ini, Somat baru kali ini mengalami situasi seperti ini. Sebelum-sebelumnya Somat selalu berhasil menyelesaikan tugasnya. 

Dan pria ini sangat sayang kepada Somat. Dari semua anak buahnya, Somat mendapat kedudukan paling tinggi. Somat merasa tugas yang diberikan kali ini bertentangan dengan apa yang dipesankan oleh Ayahnya. Dan situasi tidak menyenangkan ini adalah sekarang. Situasi dimana dirinya merasa terancam karena lalai dalam tugas. Situasi dimana sebuah loyalitas dipertaruhkan. Bertahun-tahun dia membangunnya, mungkin akan sirna dalam hitungan menit. Somat tidak ingin kepercayaan yang didapat dari pria ini hilang dalam kejapan mata. 

Hawa dingin mulai mendatangi Somat, dari belakang leher dan pelan-pelan merambat keseluruh tubuhnya. Wajah Somat sangat pucat. Sesekali kedua telapak tangan Somat membenarkan kancing bajunya. Padahal kancing baju Somat baik-baik saja. Somat tidak bisa mengelak. Sepintas telinga Somat tampak memerah. Somat merasakan sedikit pe' ngang ditelinganya. Somat kembali menadahkan kepala. Setelah kepala Somat menadah, Somat melihat wajah yang sangat sangar. 

Wajahnya penuh dengan bulu di bawah hidung, disekitar pipi dan dibawah bibir serta terdapat beberapa luka bakar dibagian pipi yang sangat besar, dan ada juga luka akibat benda tumpul dan menyisakan codet. Angker sekali wajahnya. Tidak beberapa lama kepalanya menadah, Somat menundukan kembali kepalanya. Somat tahu betul kalau dia sedang berhadapan dengan siapa. Dia tidak bisa menyanggah atau mengelaknya.

"Kalau gw bilang bunuh ya lu bunuh,. Kalau gw bilang lu ngeludah, ya elu ngeludah ". 

Jangan pernah lu pikir elu bisa jadi kayak gw kalau elu gw kasih tugas gini aja lu gak bener !!. Elu dah berapa lama ikut gw, Hah!! apa lu perlu gw ajarin bagaimana cara bunuh orang Jawab!!,. Somat tampak ketakutan sekali. Menetes keringat diwajahnya. Deras sekali.

Nafasnya sedikit berhenti. Lalu dia mendengar lagi suara orang bantak didepannya. " Lu tu udah bener yang lu lakuin tadi pagi, gw bangga punya anak buah elu dan elu termasuk anak buah gw yang gw percaya bakal beres kalau gw kasih tugas. Kan lu juga mau Kan, gw angkat lebih tinggi jadi tangan kanan gw? Somat hanya menganguk. Ya udah, kali ini lu gw maafin. Besok lu temuin tu orang lagi. Dan jangan lama-lama lu berhadapan sama die, langsung lu tembak aje kepalanya. Setelah lu tembak jangan sampai dia mati dulu. Karena lu tahu kan,selagi dia habis lu tembak dan masih hidup, lu harus congkel dulu kedua bola matanya. Baru lu tembak lagi ampe mampus. 

Terus mayatnya sama dua bola matanya lu bawa kemari. Biar gw makan sekalian. Ngerti lu?...Somat hanya bisa mengangguk. Ya udah cukup pertemuannya buat hari ini. Semuanya bubar, besok malam kita ketemu lagi disini. Ruangan itu kini sunyi tinggal Somat sendirian.

Somat kemudian meninggalkan ruangan itu, keluar lewat pintu belakang. Kalau dilihat dari luar ternyata ruangan itu lebih persis dibilang bedeng yang sangat kusam sekali. Tanam-tanaman liar mengelilingi bedeng itu. Kalau saja hari ini nasib baik tidak berpihak pada Somat mungkin Somat tidak bakal bisa keluar dari bedeng itu. Kini Somat sudah berada diluar dan berjalan pada sebuah jalan kecil yang becek. Jalan itu kanan-kirinya terdapat rumah yang bangunannya kebanyakan sudah tidak utuh lagi dan tidak berpenghuni. 

Malam semakin malam. Walaupun Somat sudah berada dijalan dan tidak berada diruangan itu lagi tapi Somat belum bisa bernafas dengan baik. Bahkan denyut nadinya mengalir sangat kencang. Nafasnya sesak. Pandangan mulai kabur. Somat berjalan seperti orang yang tidak punya kaki. Terasa berat jalannya. Kemudian Somat berhenti pada sebuah pohon yang besar. Somat tidak bisa menahan emosinya dan dia mulai menangis.

Sangat sedih sekali. Tidak kuasa untuk menahan tangisannya dan Somat tidak memperdulikan orang yang lalu lalang berada tidak jauh darinya. Maafkan Aku Ayah,,Maafkanlah anakmu ini. Aku akan menjadi orang yang seperti Ayah inginkan. Maafkan Aku Ayah.Aku mohon maafkan aku. Somat berbicara sendiri sambil menangis. Tangan kanan Somat merogoh saku jaket yang berada disebelah kanan. Ternyata disaku Somat terdapat poto dengan ukuran empat kali enam. Somat mengambilnya lalu dipandangnya poto itu.

Tangisnya makin menjadi. Poto yang dipandang itu adalah poto target yang nanti sore harus dia bunuh. Dia akan tembak kepalanya dan membiarkan orang itu jangan mati dulu karena kedua bola matanya harus terlebih dahulu dicongkel dalam keadaan hidup jasadnya. Setelah itu baru tembak sampai mampus lalu menyerahkan kedua bola mata dan jasad yang mati itu untuk dimakan oleh pria yang mengeluarkan suara keras tadi. Somat semakin sedih. Dia tidak bisa lari dari kenyataan ini. Somat tidak tahan dengan beban yang ada dipundaknya. Mengimpit sekali. Somat berteriak sangat keras. Lalu Somat merobek poto itu sambil berucap dengan pelan.

Ayah maafkan anakmu ini. Ijinkan Aku anakmu untuk menembak kepalamu dan mencongkel kedua bola matamu lalu kutembak kembali kepalamu dan menyerahkan semuanya itu pada orang yang menyuruhku untuk melakukan ini. Somat menangis dan membuang poto yang sudah sobek itu ketanah. Somat berlari sangat kencang tidak tahu arah. 

Sunyi sekali daerah ini. Dikejauhan suara Azan shubuh berkumandang. Bagi semua orang suara azan ini adalah suara kebahagian. Tapi tidak bagi Somat. Hanya tanah dan potongan-potongan poto yang sudah disobek menjadi beberapa bagian ini saja yang mau menjadi saksi apa yang dirasakan Somat subuh ini. Potongan-potongan poto itu jatuh berserakan ditanah. Sudah sangat tidak jelas karena sudah disobek Somat menjadi beberapa bagian. Hanya satu potongan saja yang masih terlihat jelas. Dan potongan poto yang terlihat jelas itu adalah potongan poto yang ada gambarnya sebuah pangkat letnan kolonel.

sumber; yudi gatot susanto

Pandangan Iwan Fals Soal Pilpres


Jakarta - Menyinggung musisi Indonesia Iwan Fals, dalam pandangannya mengenai calaon presiden RI, disimpulkan oleh Eep Saefulloh Fatah membeberkan sikap politik Iwan  di pemilihan umum presiden nanti. Eep mengaku mengetahui hal tersebut setelah berkomunikasi via telepon.

"Iwan bilang sikapnya berkembang sejalan dengan waktu dan dinamika politik hingga ke hari pencoblosan.

Dalam pandangan tersebut Iwan ingin memberi dirinya sendiri kesempatan untuk menimbang dengan matang. Sebab, ingin jadi warga negara yg bertanggung jawab. Rabu, 28/5/14.

Menurut Eep, dalam perbincangan sempat dibahas juga soal pamflet dirinya tidak mendukung Jokowi. Iwan Fals, lanjut Eep, menegaskan tidak terlibat dalam kampanye hitam menjatuhkan para capres-cawapres.

Ia melanjutkan dan menegaskan bahwa tak benar Iwan menyatakan tak mdukung jokowi.

CEO PolMark Indonesia itu mengungkapkan jika Iwan Fals mengatakan jika pamflet yang beredar palsu, dan menilai sebagai tindakan tak terpuji. Iwan, kata Eep, ingin kompetisi pilpres dilakukan secara santun.

Iwan tak sepantasnya kita berkompetisi dengan cara itu. Menyebarkan kebohongan bukan cara beradab untuk tujuan apapun. tambahnya.


Tentukan Pria Pilihan Perempuan Pakistan Tewas dibunuh oleh keluarganya

Pakistan  - Nasib nahas menimpa seorang wanita di Pakistan. Farzana Parveen namanya. Perempuan berusia 25 tahun itu tewas karena dilempari batu oleh keluarganya sendiri. Lantaran ia memilih untuk menikah dengan pria yang ia cintai ketimbang yang dijodohkan keluarganya.

Farzana menikah dengan lelaki yang ia pilih, Muhammad Iqbal, meski sudah dijodohkan dengan sepupunya sendiri. Keluarga Farzana tak terima keputusannya. Keluarga pun menggugat Iqbal ke pengadilan atas tuduhan penculikan terhadap Farzana.

Kejadian pelemparan batu terjadi saat Farzana sedang berada di luar Pengadilan Kota Lahore, Pakistan, Selasa 27 Mei 2014. Ketika itu, dia tengah menunggu keputusan pengadilan terkait gugatan kasus yang mendakwa suaminya itu. Sementara Iqbal berada di dalam pengadilan, menjelaskan kepada hakim bahwa ia tak menculik, tapi menikahi Farzani.

Tiba-tiba, sekelompok orang yang ternyata merupakan keluarganya sendiri menyerang Farzana. Ada sekitar 20 orang anggota keluarga melemparkan tongkat dan batu bata ke arah Farzana. Sampai akhirnya perempuan tersebut tewas di lokasi.

Perwira polisi senior, Umer Cheema menjelaskan, setelah Farzana tewas, sebagian besar penyerang kabur, kecuali sang ayah. Si bapak yang juga melempar ke Farzana mengakui kesalahannya kepada polisi di lokasi.

"Kata dia, ia melakukannya demi kehormatan keluarga. Warga di sini menanggap bahwa wanita yang menikahi pria pilihannya justru menjatuhkan martabat keluarga," jelas Umer, seperti dimuat Al-Arabiya, Rabu (28/5/2014).

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Aurat Foundation menyatakan, dalam setahun, ada sekitar 1.000 perempuan di Pakistas tewas dibunuh oleh keluarganya sendiri, karena alasan kehormatan. "Fakta sebenarnya mungkin jumlah korbannya lebih banyak dari yang kita temukan," demikian pernyataan Aurat Foundation.

Kasus pembunuhan seperti ini sudah beberapa kali dilaporkan pegiat HAM ke pengadilan. Namun pihak pengadilan disebut-sebut menunda-nunda untuk mengusut kasus tersebut.

Biasanya si pembunuh bisa bebas dari jeratan hukum karena kebanyakan keluarga korban memaafkannya. Dalam hukum Pakistan, pembunuh bisa bebas jika keluarga korban memaafkan.

Namun aturan itu justru menjadi celah bagi keluarga untuk menyewa orang agar membunuh anak perempuan yang memilih menikah dengan pria pilihannya. Karenanya, Wasim Wagha dari Aurat Foundation mengecam hukum tersebut. "Ini jelas kesalahan besar dalam hukum. Kami menentang keras hal ini," kecam Wasim.

Selasa, 27 Mei 2014

Foto Simulasi Pengamanan Pilpres 2014















































































































Kamera: D300
Potografer: sagi
Waktu: 12.00 WIB
Lokasi Bundaran Hotel Indonesia Jakarta
Jumlah Personel 3200 anggota Kepolisian yang disebar di tiga titik pengamanan di DPR/MPR, HI, KPU.